Vihara Dhanagun dan Komunikasi Budaya di Kota Bogor, Jawa Barat

Authors

  • Dede Burhanudin Center for Research and Development of Religious Literature and Heritage, Agency for Research and Development and Training Ministry of Religious Affairs of the Republic of Indonesia, Indonesia

DOI:

https://doi.org/10.31291/jlka.v16i1.485

Keywords:

Vihara Dhanagun, budaya, sejarah, Ornamen, Arsitektur,

Abstract

This article discusses the Dhanagun Temple, one of the Confucian worship houses in Bogor. Through the study of places of worship, the theme of cultural communication was raised, especially Confucians with the surrounding environment, by revealing the context of the historical setting, which includes the time, founders, and conditions of the community around that time, the architectural model of buildings, and the following philosophical meanings contained in it. Furthermore, it was also revealed that the use of this place of worship in the socio-cultural context from its inception to the present. Dhanagun Temple has dominant characteristics of Chinese architecture. The frame uses a multilevel beam structure system and a beam bond structure system. The shape of the roof stands out with a frame structure system made of wood. This monastery is decorated with ornaments that can be grouped into five categories, namely animals (fauna), plants (flora), nature (universes such as fire, water, and sun), geometrics, and legends, especially about gods. The results of this study are expected to enrich the archipelago's religious treasures, explore the values of local wisdom and conserve and preserve historical heritage, including historic places of worship.

Keywords: Dhanagun Temple, culture, history, architecture, ornament.

Artikel ini membahas Vihara Dhanagun, salah satu rumah ibadah Konghucu di Bogor. Melalui kajian rumah ibadah ini diangkat tema komuni¬kasi budaya, khususnya penganut Konghucu dengan lingkungan sekitarnya, dengan mengungkap konteks latar sejarah berdirinya, yang meliputi waktu, pendiri, serta kondisi masyarakat di sekitar saat itu, model aristektur bangunan, dan benda-benda berikut makna filosofis yang terkandung di dalamnya. Selin itu, diungkap pula pemanfaatan rumah ibadah ini dalam konteks sosial budaya sejak awal berdirinya sampai saat ini. Vihara Dhanagun memiliki karekteristik arsitektur Tionghoa. Rangkanya menggunakan sistem struktur balok bertingkat dan sistem struktur ikatan balok. Bentuk atapnya menonjol dengan sistem struktur rangka yang ter¬buat dari kayu. Vihara ini dihiasi dengan ornamen yang dapat dikelompokkan menjadi lima kategori, yaitu hewan (fauna), tumbuhan (flora), nature (alam semesta seperti api, air, dan matahari), geometrik, dan legenda, terutama tentang dewa-dewa. Dari hasil kajian ini diharapkan dapat menambah khazanah keagamaan Nusantara, menggali nilai-nilai kearifan lokal dan mengkonservasi serta melestarikan peninggalan bersejarah, termasuk rumah ibadah bersejarah.

Kata Kunci: Vihara Dhanagun, budaya, sejarah, Arsitektur, ornamen

Downloads

Download data is not yet available.

References

Acintyasakti, Fransisca Adventa Ageng. 2016. “Variasi Jenis, Bentuk, dan Makna Ragam Hias pada Kelenteng Poo An Kiong, Surakarta, Jawa Tengah”, Skripsi, Departemen Arkeologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Ariyani, Putri, dkk., “Potensi dan Kendala Pengembangan Kawasan Surya-kencana sebagai Kawasan Cagar Budaya Kota Bogor,” Jurnal Online Mahasiswa (Jom) Bidang Perencanaan Wilayah & Kota, 1(1), 2016, h. 4. dalam jom.unpak.ac.id/index.php/teknikpwk/article/download/458/436 (diakses 21 Mei 2018)
Batarfie, Farida. 1986. “Sebuah Pengamatan Mengenai Rumah Ibadah Tionghoa di Kecamatan Bogor Tengah, Kota Madya Bogor: Vihara Dhanagun”, Skripsi, Fakultas Sastra, Universitas Indonesia.
Burhanudin, Dede. 2017. “Klenteng Kuno Boen Bio di Surabaya (Nilai dan Makna Ajaran Khonghucu)”, Jurnal Lektur Keagamaan, 15(1): 149-176.
Chusna, Nur Lina. 2009. “Tata Letak Pecinan di Bogor”. Skripsi. Program Studi Arkeologi, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok.
Dimyati, Akhmad. 2018. Kiai Ibrahim dan Tempat-tempat Ibadat (Kisah Perjalanan Memahami Perbedaan Agama dan Saling Menghormati dengan Umatnya. Yogyakarta: Deepublish.
Fadila, Rucitra Deasy. 2012. “Perkembangan Tata Kota Bogor dari Abad ke-18 hingga Abad ke-20”. Skripsi. Program Studi Arkeologi, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia.
Husin, Khairiah. 2014. Agama Konghuchu, Pekanbaru: Asa Riau (CV. Asa Riau).
Irawan, Jenny dan Padmanaba, Cok Gde Rai. 2015. “Kajian Perbedaan Interior Ruang antara Vihara dan Klenteng di Tarakan”, Jurnal Intra, 3(2): 512-519.
Kholis, Nurman. 2016. “Vihara Avalokitesvara Serang: Arsitektur dan Peranannya dalam Relasi Buddhis-Tionghoa dengan Muslim di Banten”. Jurnal Lektur Keagamaan. 14(2): 327-346.
Kusuma (dipanggil juga Pak Ong;72 th), Wawancara, 5 Mei 2017 di Vihara Dhanagun, Bogor.
Madjid, Dien dan Wahyudi, Johan. 2014. Ilmu Sejarah Sebagai Pengantar, Jakarta: Kencana, Prenada Media Grup.
Mulyana, Deddy. 2015. Komunikasi Lintas Budaya. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Mulyono, Grace dan Thamrin, Diana. 2008. “Makna Ragam Hias Binatang Pada Klenteng Kwan Sing Bio Di Tuban”, Dimensi Interior, 6(1): 1-8.
Mundardjito. 2007. “Paradigma dalam Arkeologi Maritim”, Wacana, 9(1): 1-20.
Peraturan Departemen Agama RI nomor H III/BA.01.1/03/1/1992
Peraturan Walikota Bogor Nomor 17 Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan Kota Bogor Sebagai Kota Pusaka (Berita Daerah Kota Bogor Nomor 17 Tahun 2015 Seri E Nomor 11 30-31)
Rahmat, Nanang. 2017. ”Pendidikan Karakter Berbasis Filsafat Sunda (Aktualitasi Pendidikan Islam pada Lembaga Pendidikan Berbasis Yayasan). Tesis. Sekolah Paskasarjana UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Salim, Polniwati. 2011. “Ragam Ornamen Atap Klenteng Jin De Yuan Sebagai Salah Satu Aset di Kawasan Kota Tua”, Humaniora, 2(2): 1219-1224.
---------. 2016. “Memaknai Pengaplikasian Ornamen pada Atap Ba¬ngunan Klenteng Sebagai Ciri Khas Budaya Tionghoa”, Aksen, 1(2): 50-64.
Sari, Aryati Yunita. 2014. “Interior Klenteng Zhen Ling Gong Yogyakarta, Ditinjau dari Feng Shui”, Skripsi, Program Studi Pendidikan Seni Rupa, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Yogyakarta.
Sulani, Puji. 2014. “Arsitektur Cetiya Dewi Samudera Singkawang Kalimantan Barat”. Jurnal Lektur Keagamaan. 12(2): 565-584.
Suryaningrum, Septiana, dkk. 2009. “Pelestarian Kawasan Pecinan Kota Bogor”. Arsitektur E-Journal, 2(1): 65-78.
Tim Peneliti Puslitbang Lektur dan Khazanah Keagamaan. 2013. Laporan Hasil Penelitian tentang Rumah Ibadah Vihara Cetiya Dewi Samudera-Singkawang, Vihara Dharma Loka-Garut, Vihara Avalokitesvara-Tasikmalaya, Vihara Dewi Welas Asih-Cirebon, dan Vihara Avalokitesvara-Serang-Banten. Jakarta: Puslitbang Lektur dan Khazanah Keagamaan.
Undang-Undang No. 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan
Widayati, Naniek. 2004. “Telaah Arsitektur Berlanggam China Di Jalan Pejagalan Raya Nomor 62 Jakarta Barat”, Dimensi Teknik Arsitektur, 32(1): 42-56.
Widiastuti, Kurnia dan Anna. 2012. “Karakteristik Arsitektur Klenteng Soetji Nurani Banjarmasin”. LANTING Journal of Architecture, 1(1): 20-29.
Yoswara, Harry Pujianto, dkk. 2011. “Simbol dan Makna Bentuk Naga (Studi Kasus: Vihara Satya Budhi Bandung)”, Wimba, Jurnal Komunikasi Visual & Multimedia. 3(2): 17-30.
Zamidra. 2012. Makhluk Mitologi Sedunia. Depok: Cerdas Interaktif.

Website

“Arti dan Makna Burung Hong”, http://batik.or.id/arti-dan-makna-burung-hong, 18 October 2017. Diakses 15 April 2018.
“Atribut dalam Kelenteng, Artribut dan Altar Sembahyangan”, dalam http://tradisitridharma.blogspot.com/2014/11/atribut-dalam-klenteng.html, Rabu, 19 November 2014. Dikases 17 Mei 2018.
“Thoughts on the Fourth International Conference on Multicultural Discourse”, dalam http://www.politicseastasia.com/research/fourth-international-conference-on-multicultural-discourse/. Diakses 21 April 2018.
“Vihara Mahacetya Dhanagun”, http://www.disparbud.jabarprov.go.id/wisata/dest-det.php?id=135&lang=id, 30-01-2012, Kota Bogor, dikases 17 Mei 2018.

Published

2018-06-30

Issue

Section

Articles

How to Cite

Vihara Dhanagun dan Komunikasi Budaya di Kota Bogor, Jawa Barat. (2018). Jurnal Lektur Keagamaan, 16(1), 159-194. https://doi.org/10.31291/jlka.v16i1.485