Klenteng Kuno Boen Bio di Surabaya (Nilai dan Makna Ajaran Khonghucu)

Authors

  • Dede Burhanudin Mahasiswa S3 FIB Universitas Padjadjaran

DOI:

https://doi.org/10.31291/jlk.v15i1.519

Keywords:

Klenteng, Khonghucu, Tionghoa, Kota Surabaya, Indonesia,

Abstract

Boen Bioyang Temple, located in Surabaya City, is one of the houses of worship in Indonesia that still cling to the purity of Confucian religious teachings. Especially, it still maintains the pure values of Confucian teachings that do not go through syncretism like other temples. Temples in Indonesia are mostly Tridharma temples used by three religions, namely Confucianism, Buddhism and Taoism. This article wishes to reveal (1) the context and historical back-ground of the founders of Boen Bio Temple, which includes the time, the founding figures, and the conditions of the community around that time; (2) data on the architectural model of the building, and the objects as well as the philosophical meanings contained therein and (3) the role of religious spreading and the social and cultural use since its inception to date. The expected benefits of this research can add to the religious treasures of the Indonesian archipelago, exploring the values of local wisdom. These also conserve and preserve historical religious places of worship in Indonesia, especially the Confucian Chinese people who are Confucians in Surabaya and generally the people of Indonesia. Basically, the research method used here is descriptive and quali-tative, related to history. The use of such methods may present evidence of evidence and facts contained in the temple through the stages of historical studies. A historical approach is made to describe the historical background of the existence of a historic place of worship, while the archaeological approach is done to describe the ancient objects and the symbols within them.

Keywords: Temple, Confucianism, Chinese, Surabaya, Indonesia. Latar belakang

Penelitian Klenteng Boen Bio yang ada di Kota Surabaya ini, adalah salah satu satu tempat ibadah di Indonesia yang masih berpegang teguh pada kemurnian ajaran agama Khonghucu. Teru-tama masih mempertahankan nilai-nilai murni ajaran Khonghucu yang tidak mengalami sinkretisme seperti kelenteng-kelenteng lainnya. Jika Kelenteng-kelenteng di Indonesia kebanyakan merupakan kelenteng Tri-dharma yang digunakan oleh tiga agama, yakni Khonghucu, Budha dan Tao. Adapun tujuan dan manfaat dari penelitian ini diantaranya (1) untuk mengungkapkan konteks latar sejarah berdirinya Klenteng Boen Bio, yang meliputi waktu, pendiri, serta kondisi masyarakat di sekitar saat itu. (2) Didapatnya data tentang model aristektur bangunan, dan benda-benda berikut makna filosofis yang terkandung di dalamnya serta (3) mengetahui peran penyebaran agama serta pemanfaatan sosial budaya sejak awal berdirinya sampai saat ini. Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini dapat menambah khazanah keagamaan Nusantara, menggali nilai-nilai kearifan lokal dan mengkonservasi dan melestarikan tempat-tempat ibadah keagamaan bersejarah di Indonesia. khususnya masyarakat Tionghoa yang beragama Khonghucu di Surabaya dan umumnya masyarakat Indonesia. Secara mendasar metode penelitian ini deskriptif kualitatif yang terkait dengan sejarah dan kekunoan.Penggunaan metode tersebut diharapkan dapat memaparkan bukti temuan dan fakta yang terdapat pada Klenteng tersebut melalui tahapan kajian sejarah. Pendekatan yang dilakukan disesuaikan dengan sifat penelitian yang akan dilakukan yaitu historis dan arkeologis. Pendekatan historis dilakukan untuk men-deskripsikan latar belakang sejarah keberadaan rumah ibadah bersejarah, sedangkan pendekatan arkeologis dilakukan untuk mendeskripsikan benda-benda kuno serta simbol yang ada didalamnya.Karena keterbatasan waktu dan teknis, maka dalam penelitian ini hanya di analisis melalui pendekatan sejarah.

Kata Kunci: Klenteng, Khonghucu, Tionghoa, Kota Surabaya, Indonesia.

Downloads

Download data is not yet available.

References

H. J. de Graf, 1998. Cina Muslim di Jawa Abad XV dan XIV antara Historis dan Mitos Yogyakarta:Tiara Wacana.
Koentjoroningrat, 1990. Penganut Ilmu Antropologi Jakarta: Rineka Cipta.
Moerthiko, 1986. Riwayat Klenteng, Vihara, Lintang, Tempat Ibadah Tridarma se jawa Semarang: Empeh Wong Kam Fu.
Matakin, 1969.Tata Agama dan Tata Laksana Agama Khonghucu Solo: Matakin t.pn.
Ong Hean-Tatt, 1993. Chinese Animal Symbolism Malaysia: Pelanduk Publication.
Prabowo, Eddy, 2000. Mengapa Pemukiman Mereka dijarah Jakarta: Gramedia.
Rahayu, Santhi, Ika, Devi,Shinta. 2005. Boen Bio Benteng Terakhir Umat Khonghucu, Surabaya: JP Books.
Wijaya, Budi, 1993. Sejarah dan Makna Boen Bio Surabaya: MAKIN Boen Bio.
Suryo Hutomo, 1966.“Sejarah Singkat Perkembangan Agama Khonghucu Indonesia” GentaBuana.
Tjhie Tjay Ing, 1966.Suara Agama KhonghutjuGenta Buana.
https://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Surabaya tps://www.google.com/search?q=demograf+kota+surabaya.

Published

2017-06-30

Issue

Section

Articles

How to Cite

Klenteng Kuno Boen Bio di Surabaya (Nilai dan Makna Ajaran Khonghucu). (2017). Jurnal Lektur Keagamaan, 15(1), 149‒176. https://doi.org/10.31291/jlk.v15i1.519