Masjid Sultan Muhammad Salahuddin Bima; Arsitektur, Misi Agama dan Kekuasaan

Authors

  • Retno Kartini Puslitbang Lektur, Khazanah Keagamaan dan Manajemen Organisasi Badan Litbang dan Diklat, Kementerian Agama

DOI:

https://doi.org/10.31291/jlk.v15i2.530

Keywords:

Masjid bersejarah, Sultan Muhammad Salahuddin, Bima,

Abstract

The article discusses the history of Sultan Muhammad Salahuddin Mosque in Bima, and it was written as an effort to preserve the cultural heritage of the Indonesian heritage, especially related to the historic mosque and its role in the development of Islam in the region of Bima, West Nusa Tenggara. This descriptive study focuses on writing about the history of the mosque's founding, its architecture and its historic objects inside the mosque, as well as the function of the mosque from time to time. The results were extracted from various sources, starting with interviews with key informants, document studies, and observations. This historic mosque was originally built by Sultan Abdul Kadim in 1737 AD, then continued by his successor, Sultan Abdul Hamid until it was completed in 1780 AD. This palace mosque is a symbol of the religiosity of the community of Bima and serves as a center of Islamic religious mission in his time. The mosque that was destroyed by an allied bomb in 1948 was then rebuilt from its original form and was named as Sultan Muhammad Salahuddin Mosque.

 

Artikel hasil penelitian terhadap Masjid Sultan Muhammad Salahuddin Bima ditulis sebagai salah satu upaya untuk melestarikan warisan budaya Bangsa Indonesia, khususnya yang berkaitan dengan masjid bersejarah dan perannya dalam perkembangan Islam di wilayah Bima, Nusa Tenggara Barat. Penelitian diskriptif ini berfokus pada penulisan seputar sejarah pendirian masjid, arsitektur dan benda-benda bersejarah yang ada di dalamnya, serta fungsi masjid dari masa ke masa. Hasil penelitian digali dari berbagai sumber, dimulai dengan wawancara dengan informan kunci, studi  dokumen, dan observasi. Masjid bersejarah ini awalnya dibangun oleh Sultan Abdul Kadim pada pada tanggal tahun 1737 M, kemudian dilanjutkan penerusnya, Sultan Abdul Hamid sampai selesai pada tahun 1780 M. Masjid istana ini merupakan simbol religiu­sitas masyarakat Bima dan berfungsi sebagai pusat penyiaran agama Islam di masanya. Masjid yang pernah hancur terkena bom tentara sekutu pada tahun 1948 kemudian dibangun kembali sesuai bentuk aslinya dan dinamai sebagai Masjid Sultan Muhammad Salahuddin.

Kata kunci: Masjid bersejarah; Sultan Muhammad Salahuddin; Bima

 

Downloads

Download data is not yet available.

References

Alam, Rudy Harisyah ed. 1999. Sejarah Masjid-Masjid Kuno di Indonesia, Jakarta: Balitbang Diklat Kemenag
Bahri, Saeful et.al.2011. Studi Arkeologi Keagamaan Masjid-Masjid Kuno, Jakarta: Balai Penelitian dan Pengembangan Jakarta
Fitria, 2010. Peran Sultan Muhammad Salahuddin dalam Me¬ning-katkan Pendidikan Islam di Bima Tahun 1917-1951. Skripsi, Jurusan Sejarah Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Malang.
Haris, Tawalinuddin, “Data Epigrafi Pada Makam Sultan Bima”, dalam: Machi Suhadi (Editor ), Aksara dan Makna: Meraba dan Mengungkap Kearifan Masa Lalu. Jakarta: Kemente¬rian Pendidi-kan dan Kebudayaan bekerjasama dengan Aso¬siasi Ahli Epigrafi Indonesia (AAEI), 2012 : 219-230.
…………“Masuknya Islam dan Munculnya Bima sebagai Pusat kekuasaan Islam di Kawasan Nusa Tenggara,” dalam Jurnal Lektur Keagamaan, Vol. 10 (1), Juni 2012 :37-38.
Ismail, M.Hilir. 2004. Peran Kesultanan Bima dalam Perjalanan Sejarah Nusantara. Mataram: Lengge
Ismail, M.Hilir &, Malingi, Alan, 2014. Profil Raja dan Sultan Bima, Bima: Pemda Kota Bima.
J. Noorduyn, Bima en Sumbawa, Bijdragen tot de Geschiedenis van de Sultanaten Bima en Sumbawa door A. Ligtvoet en G.P Rouffaer h. 86, dalam Sejarah Kesultanan Bima, Tim Peneliti, Laporan Tidak Diterbitkan.
Malingi, Alan (Kontributor), 2015. Ensiklopedi Pemuka Agama Nu-san¬¬tara Jilid 1: Abdurrahman Idris (1910-1991),Jakarta: Puslit-bang Lektur dan Khazanah Keagamaan.
………., 2016. Ensiklopedi Pemuka Agama Nusantara Jilid 1: Abdul Hamid (1889 – 1957), Jakarta: Puslitbang Lektur dan Khazanah Keagamaan
………, 2016. Ensiklopedi Pemuka Agama Nusantara Jilid 5: Muhammad Nur (1906-1997),Jakarta: Puslitbang Lektur dan Khazanah Keagamaan
………., 2015. Jejak Sang Guru, K.H. Abdul Malik (1908-2003), Entri Ensiklopedi Pemuka Agama Nusantara, tidak diterbitkan
…… …, 2010. Upacara Adat Hanta Ua Pua, Mataram: Mahani Persada.
Romli, Inajati. 1985. Konsep Ruang Dalam Keislaman. Dalam Estetika Dalam Arkeologi Indonesia
Sila, Adlin, 2014, Being Muslim in Bima of Sumbawa, Indonesia: Practice, Politics and Cultural Diversity, Australia: Disertasi Program Doktor Australian National University (ANU), Tidak Diterbitkan.
Subarna, Abay D. 1985. Unsur Estetika dan Simbolis Pada Bangunan Islam. Dalam Estetika Dalam Arkeologi Indonesia, Diskusi Ilmiah Arkeologi II Jakarta: Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia.

Sumber Internet:
Sila, Adlin, 2011. Traweh dan Lebaran ala Mbojo Traweh dan Lebaran Bareng di Bima: Toleransi ala Mbojo, The Religion of Mbojo (Agama Orang Mbojo) dalam http://adlinsila.blogspot.co.id diakses tanggal 4 Juni 2015

Published

2017-12-28

Issue

Section

Articles

How to Cite

Masjid Sultan Muhammad Salahuddin Bima; Arsitektur, Misi Agama dan Kekuasaan. (2017). Jurnal Lektur Keagamaan, 15(2), 390‒419. https://doi.org/10.31291/jlk.v15i2.530