Mengenal Budaya Batak Toba Melalui Falsafah “Dalihan Na Tolu†(Perspektif Kohesi dan Kerukunan)
DOI:
https://doi.org/10.31291/jlk.v16i2.553Keywords:
Dalihan Na Tolu, Hula-hula, Dongan Sabutuha, Boru,Abstract
Dalihan Natolu is understood as the identity and rules that govern the social system and as a determining factor in the custom of Batak culture. There are several studies about the meaning and values of this philosophy. This article intended to search and to find the philosophical foundation of Dalihan Natolu. At the same time, this article also wants to show how is “the das sollen†and “das sein†of Dalihan Natolu in the recent time. The method used in this research is qualitative descriptive-interpretative meÂthod in the perspective of philosophy of phenomenology and library reÂsearch. The results of this research shows that Dalihan Natolu is the maniÂfestation of the essence of life of the human being itself and the result of the search for the depth of the life of Batak Toba people. Dalihan Natolu is the manifestation of the nature of the Debata Natolu (Triune God). He beÂcomes the pillar and guarantor of a harmonious life of the entire order of the Toba Batak culture in order to pursue and reach happiness of life (das sollen). Unfortunately, there have been shifting and deviations of values and also perspective changing about the position of the three funcÂtional groups in Dalihan Na Tolu itself called Hula-hula, Dongan SabuÂtuha, and Boru (das sein).
Keywords: Dalihan Na Tolu, Hula-hula, Dongan Sabutuha, Boru
Dalihan Natolu dipahami sebagai identitas dan pedoman hidup yang mengatur sistem kekerabatan serta menjadi faktor penentu dalam adat budaya Batak. Tulisan ini memiliki dua tujuan yaitu: mencari dan meneÂmuÂkan landasan filosofis Dalihan Natolu; dan menampilkan bagaiÂmana “das sollen†dan “das sein†Dalihan Natolu di zaman “nowâ€. Metode peÂneÂlitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif-interpretatif dalam persÂÂpektif filsafat fenomenologi dan penelitian kepustakaan. Hasil peneÂlitian menunjukkan bahwa Dalihan Natolu merupakan perwujudan hakikat hidup manusia itu sendiri dan merupakan hasil pencarian makna hidup suku Batak Toba. Dalihan Natolu merupakan perwujudan dari hakikat DeÂbata Natolu (Allah yang tiga). Dia menjadi tiang penyangga dan penÂjamin menuju kehidupan yang harmonis. Namun demikian telah terjadi pergeserÂan, penyimpangan nilai serta perubahan cara pandang akan posisi keduÂduÂkan ketiga golongan fungsional yang ada dalam Dalihan Natolu, yaitu Hula-hula, Dongan Sabutuha, dan Boru.
Kata kunci: Dalihan Na Tolu, Hula-hula, Dongan Sabutuha, Boru
Downloads
References
Bangun, Payung, 1970. Kebudayaan Batak, dalam Koentjaraningrat, Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Jembatan.
Bertens, Ohoitimur Johanis, Dua Mikhael (2018). Pengantar Filsafat: Yogyakarta: Kanisius.
Cassirer, Ernst, 1987. Manusia dan Kebudayaan: Sebuah Esei tentang Manusia. (Judul asli: An Essay on Man). Diterjemahkan oleh Alois A. Nugroho. Jakarta: Gramedia.
Gultom, Ibrahim Agama Malim di Tanah Batak, 2010. Jakarta: Bumi Aksara.
Gultom, Rajamarpodang, Dj. 1992. Dalihan Na Tolu: Nilai Budaya Batak. Medan: Armanda.
H.P. Panggabean, SH.MS dkk, 2001. Kekristenan dan Adat Budaya Batak dalam Perbincangan, Jakarta: Kerabat dan Dian Utama.
Harap, Basyral Hamidi dan M. Siahaan, Hotman. 1987. Orientasi Nilai-Nilai Budaya Batak Toba dan Angkola-Mandailing. Jakarta: Sanggar Willem Iskandar.
Hardiman Budi F. 2015. Seni memahami, Hermeneutik dari Schleiermacher sampai Derrida. Yogyakarta: Kanisius.
Irianto, Sulistyowati, 2003. Perempuan di antara Berbagai Pilihan Hukum. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002. Edisi ketiga. Jakarta: Pusat Bahasan Departemen Pendidikan Nasional.
Lumban Tobing, Philip. 1956. The Structure of the Toba-Batak Belief in the High God. Amsterdam: Jacob van Campen.
Marbun, M.A. dan I.M.T. Hutapea. Kamus Budaya Batak Toba, 1987. Jakarta: Balai Pustaka.
Sihombing, T.M. 1997. Filsafat Batak: Tentang Kebiasaan-kebiasaan Adat Istiadat. Jakarta: Balai Pustaka.
Simanjuntak, Bungaran Anthonius, 2002. Konflik Status dan Kekuasaan Orang Batak Toba. Yogyakarta: Jendela. Article Gouwen, J. C., 2004, Masyarakat dan Hukum Adat Batak Toba. Yogyakarta: LKIS.
Simanjuntak, Bungaran Antonius (Penyunting), 2015. Karakter Batak Masa Lalu, Kini, dan Masa Depan, Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Sinaga, B Anicetus. OFMCap, 2004. Dendang Bakti – Inkulturasi Teologi dalam Budaya Batak, Medan: Bina Media Perintis.
Sitanggang Radesman, 2016. Insan Berbudaya, Balige: Sekolah Tinggi Diakones-HKBP.
Situmorang, Jaulahan Hagabeon, Hamoraon, Hasangapon Dohot Mula Ni Paradaton, Mula ni Marga, Mula Ni Umpasa, Pematang Siantar, 1965.
Susanto Harry, SJ (penerjemah), 2009. Kompendium Katekismus Gereja Katolik, Yogyakarta: Kanisius
Sutrisno Mudji & Hendar Putranto (editor), 2005. Teori-Teori Kebudayaan. Yogyakarta: Kanisius.
Tampubolon, Raja Patik, 2002. Pustaha Tumbaga Holing Adat Batak-Patik Uhum Buku I – V, Jakarta: Dian Utama dan Kerabat Kerukunan Masyarakat Batak)
Yoshiko Okazaki, Music, 1994. Identity and Religious Change among the Toba Batak People of North Sumatra. Los Angeles University of California, (disertasi).