Prinsip Memilih Partai Politik: Kajian atas Syair Nahá¸ah Karya K.H. Ma’shum Sirodj Pesantren Gedongan, Cirebon
DOI:
https://doi.org/10.31291/jlka.v17i2.754Keywords:
Nahdlatul Ulama, Pesantren, PartaiAbstract
Syair Nahá¸ah, in the poem outlined the arguments why it was recommended to vote for the NU party, this poem was finished written on 29 Dhu al-Hijjah 1373 Hijriyah. This paper continues Greg Fealy's research. He concluded, When NU became party, Nahdliyin still voted for Masyumi, this article shows how Kiai NU invited Nahdliyin to vote for the NU party. This study aims to analyze the Nahá¸ah poetical manuscripts, written by Kiai Ma’shum (1912-1986 AD) who came from Cirebon, exactly the Gedongan Islamic Boarding School. Although this poem was written in the Orde Lama period which is intended to outline the arguments for choosing the Nahá¸ah party (NU party), the values in this poem are still very relevant in today's context. The values carried in this poem are oriented to benefit for all. In addition, this study indirectly criticizes practices and thoughts in choosing political parties with the interests of a handful of people who justify anyways. This poem is written in Arabic and Javanese in pegon letters. This paper confirms the conclusion that the ideas of the Indonesian Ulama are more acceptable and adapted to the Indonesian context.
Keywords: Nahdlatul Ulama, Party, Poem, Ulama
       Â
Syair Nahá¸ah, dalam bait-baitnya diuraikan argumentasi mengapa dianjurkan untuk memilih partai NU, syair ini selesai ditulis pada 29 Dzulhijjah Tahun 1373 Hijriyah. Tulisan ini melanjutkan riset Greg Fealy. Ketika NU menjadi Partai sendiri para warga Nahdliyin masih memilih Masyumi, artikel ini menujukkan bagaimana Kiai NU mengajak warga Nahdliyin untuk memilih partai NU. Kajian ini bertujuan untuk mengÂanalisa manuskrip syair Nahá¸ah, yang ditulis oleh Kiai Ma’shum (1912-1986 M.) yang berasal dari Cirebon, lebih tepatnya Pondok Pesantren Gedongan. Walaupun syair ini ditulis pada masa orde lama yang diperÂuntukkan menguraikan argumentasi untuk memilih partai Nahá¸ah (partai NU), tetapi nilai-nilai dalam syair ini masih sangat relevan untuk konteks dewasa ini. Nilai-nilai yang diusung dalam syair ini berorientasi untuk kemaslahatan. Selain itu studi ini secara tidak langsung mengkritik praktek-praktek dan pemikiran dalam memilih partai politik yang dicampuri dengan kepentingan segelintir orang yang menghalalkan segala cara. Syair ini ditulis dengan bahasa Arab dan bahasa Jawa dengan huruf pegon. Tulisan ini menguatkan kesimpulan, bahwa pemikiran-pemikiran dan gagasan-gaÂgasÂan ulama Nusantara lebih dapat diterima dan diadaptasikan dengan konteks Indonesia.
Kata Kunci: Nahdlatul Ulama, Pesantren, Partai
Downloads
References
Chizanah, Lu’luatul dan Hadjam, M. Noor Rochman, "Validitas Konstruk Ikhlas: Analisis Faktor Eksploratori Terhadap Instrumen Skala Ikhlas" dalam Jurnal Psikologi, vol. 38, no. 2, Desember 2011.
Fathurahman, Oman. “Manuskrip Dan Penguatan Kajian Khazanah Islam Pesantren: Sebuah Refleksi.†Jurnal Tashwirul Afkar 34 (20114): 33.
Fealy, Greag. Ijtihad Politik Ulama; Sejarah NU 1952-1967. Yogyakarta: LKiS, 2003.
Hasan, Ahmad Zaini, Perlawanan dari Tanah Pengasingan: Kiai Abas, Pesantren Buntet dan Bela Negara, Yogakarta: LKiS, 2014.
Irianti, Rosyida, “Hoax Dan Pergeseran Preferensi Sosial Politik Maha¬siswa (Studi Deskriptif Mengenai Peran Ruang Publik dalam Masyarakat Urban)â€, S1 Sosiologi, 2018 (http://www.journal.unair.ac.id/. Diakses 30 Juli 2019.)
Iswanto, Agus. “Pemikiran Moderat Dalam Karya Ulama Nusantara.†22. Jakarta: Balai Litbang Agama Jakarta, 2015.
Sirodj, Ma’shum. Syair Nahdah. Cirebon, 1956.
Teeuw, A. Indonesia Antara Kelisanan Dan Keberaksaraan. Jakarta: Pustaka jaya, 1994.
Yusuf, Salmet Effendy. “Perumusan Negara Masa Khittah: Pancasila Sebagai Ideologi Final.†Tashwirul Afkar 27 (2009): 7–10.
Sumber Website
https://jawatimuran.wordpress.com/2016/11/21/k-h-mahrus-aly-ulama-pejuang/. Diakses 30 Juli 2019.
https://tebuireng.online/mengenal-dan-mengenang-kiai-munawwir/. Diakses 30 Juli 2019
https://www.historyofcirebon.id/2019/05/kiai-said-pendiri-pesantren-gedongan.html. Diakses 30 Juli 2019.
Narasumber/Informan
KH. Anwar bin KH. Ma’shum, 12 Desember 2018, di Pondok Pesantren al-Anwar, Goa, Cirebon
KH. Muhammad Ja’far keturunan dan penerus Pesantren Khas Kempek. 9 Desember, di Pesantren Kempek, Cirebon
KH. Aghust Muhaimin keturunan dan penerus pondok Pesantren Gedongan, 11 Desember 2018, di Pesantren al-Shighor, Gedongan, Cirebon.
Nyai Najhah Barnamij keturunan Pesantren Gedongan dan menjadi Penerus Pesantren Khas Kempek. 9 Desember, di Pesantren Kempek, Cirebon
Kiai Khozin penerus Pesantren Gedongan, 10 Desember 2018, di Pesantren Gedongan, Cirebon.
KH. Taufiqurohman penerus Pesantren Gedongan, 11 Desember 2018, di Pesantren Gedongan, Cirebon